Rabu, 31 Oktober 2012

Pengantar Studi Hadist Tarbawi


“PENGANTAR STUDI HADIST TARBAWI


I.              Hadist Tentang Memperdalam Ilmu Agama
‏‏عَنْ ‏‏ مُعَاوِيَةَ يَقُولُ ‏: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ‏ ‏ ‏ ‏يَقُولُ :‏ ‏مَنْ يُرِدْ اللَّـهُ بِهِ خَيْرًا ‏ ‏يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Dari Muawiyah berkata : saya mendengar Rasulalloh bersabda barang siapa di kehendaki kebaikan oleh Alloh, maka ia akan di fahamkan tentang agamanya. (HR Bukhori).

Penjelasan
Yufaqhu fid din  artinya diberikan pemahaman kecerdasan dan pengetahuan yang membuatnya mampu mengambil hukum dari dalil-dalilnya. Inilah yang diberikan oleh Alloh kepada para sahabat dan juga para tabiin. Seperti doanya Nabi saw untuk Ibnu Abbas “Ya Alloh fahamkan dia kepada Agama dan ajarkan kepadanya tafsir”maka Beliau Ibnu Abbaspun menjadi seorang yang sesuai dengan doa Nabi sehingga pernah beliau mentafsiri surat An nur dengan sangat tinggi dan seandainya Yahudi dan Romawi mendengar pasti masuk Islam.[1]
Kesimpulan
Bahwa salah cinta tanda cinta Alloh kepada hamba-Nya adalah  dengan cara di pahamkannya terhadap agamanya. Dan hadist diatas memberikan motivasi untuk senantiasa belajar bagi setiap orang.

II.              Hadist tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang berbicara

عَنْ ‏ ‏أَبِي هُرَيْرَةَ ‏ ـ رَضِيَ اللَّـهُ تَعَالَى عَنْهُ ـ أَنَّهُ ‏قَالَ :‏بَيْنَمَا النَّبِيُّ ‏ ‏ ‏فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّـهِ ‏ ‏ ‏ ‏يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ ؟ قَالَ : هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّـهِ ، قَالَ ‏: ‏فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ . قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إِذَا ‏ ‏وُسِّدَ ‏‏الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.
Artinya : dari Abu Huroiroh berkata ketika Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul kapan Kiamat, maka Rasul tetap  melanjutkan mengajarnya. Sebagian  orang berpendapat Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab : Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda : Apabila Amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat”

Penjelasan :
Didalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya.[2]
Kesimpulan
Hadist tersebut di atas memberikan pemahaman tentang bagaimana adab (etika) ketika seseorang bertanya kepada gurunya, sedang gurunya belum selesai menyampaiakn materi. Maka sebagai guru, Nabi kemudian melanjutkan materi sampai selesai setelah itu baru menjawab pertanyaan sang murid. Setiap pertanyaan yang di ajukan kepada guru pada saat sedang menjelaskan suatu bab tertentu, mestinya pertanyaan menyesuaikan dengan bab yang sedang di bahas. 
III.              Hadist tentang Hukum menuntut ilmu
و قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم و وضع العلم عند غير اهله كمقلد الخنازير الجوهر و للؤلؤ و الذهب. (رواه ابن مجاه)
Artinya:
"Dan Rosulullah Saw. Telah bersabda: Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang menempatkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (HR Ibnu Majah)

Penjelasan
Menurut ibnul Mubarak yang dimaksud hadist ini adalah ketika seorang dihadapkan pada masalah agama, maka dia wajib mencari tahu sampai ia mengetahuinya. Menurut Imam Al Baidhowi yang dimaksud dengan ilmu yang harus dicari tahu adalah seorang hamba tidak boleh tidak mengetahui seperti mengetahui penciptanya, keesaan Alloh, Kenabian Rasul, tata cara sholat maka mempelajarinya adalah fardhu ain. Imam Ats sauri yang dimaksud dengan ilmu adalah tidak ada pemakluman untuk tidak mengetahuinya. Ala kulli muslim artinya mukalaf artinya orang yang sudah dibebani untuk melakukan, Maka mencakup laki-laki dan perempuan. [3] Hadist tersebut juga merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu untuk setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.[4]
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena melihat pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa memiliki ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul Muta'allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk - makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[5]
Kesimpulan hadist tentang hukum menuntut ilmu
Hadist ini berisi kesimpulan bahwa :
1.      Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim
2.      Jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu

IV.              Hadist tentang anjuran menjaga ilmu
حديث عبد الله بن عمر بن العاص رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص. م. يقول: ان الله و يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس و لكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى اذا لم يترك عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلو فأفتو بغير علم فضلو و اضلو (متفق عليه)
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash. Katanya: aku pernah mendengar Rosulullah bersabda: Allah tidak mengambil ilmu islam itu dengan cara mencabutnya dari manusia sebaliknya Allah mengambilnya dengan mengambil para ulama sehingga tidak tertinggal meskipun seorang. Manusia menunjuk orang jahil menjadi pemimpin, menyebabkan ketika mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan pada ilmu pengetahuan, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain (HR Bukhori - Muslim)

Penjelasan
Rosulullah mengucapkan hadist ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadist Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada 'Nabi bersabda: "Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu".
Arabi berkata "Bagaimana cara ilmu itu datang dan dihancurkan? Beliau bersabda: "punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang menguasai ilmu)"
Hadist ini berisi anjuran menjaga ilmu, pengingat untuk pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar - benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadist ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid. [6]

Kesimpulan hadist tentang anjuran menjaga ilmu
Hadist ini berisi anjuran menjaga ilmu, pengingat untuk pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar - benar mengetahui dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan.

V.              Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu

ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما, سهل الله له به طريقا إلى الجنة   .......          
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahuanhu, Sesungguhnya Rasulullah SAW   bersabda Barang   siapa menempuh jalannya untuk mencari ilmu, maka Allah mempermudah kepadanya jalan ke surga.   (HRMuslim)
                                       
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ( رواه الترمذي)

Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw: "barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga  kembali (HR. Tirmidzi).
Penjelasan  
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.

Kesimpulan
Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.[7]


VI.              Hadist tentang peran ilmu terhadap pendidikan
عن علي. أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أدبوا أولادكم على ثلاث خصال, حب نبيكم, و حب ال بيته, وتلاوة القران. فإن حملة القران في ظل عرش الله يوم لا ظل إلا ظله مع أنبيائه و أصفيائه. (رواه الطبراني)
Artinya: Dari Ali, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata: Didiklah anak-anak kalian semua dengan tiga perangai: Cinta Nabi kalian, Cinta keluarga nabi, dan Membaca AlQur'an, maka sesungguhnya orang yang belajar AlQur'an   berada dalam perlindungan Allah , Pada hari yang tiada pertolongan selain pertolongan Allah beserta para nabinya dan kekasihNYA. (HR Ath Thobroni).

Penjelasan dan hadist lain
Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai:
1.      Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:
عن انس بن مالك رضى الله عنه انه قال. قال النبي صلى الله عليه وسلم: لا يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده   وولده والناس اجمعين. (رواه البخارى)                                         
Artinya: Dari Anas ra bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda, "Seseorang  diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai dari orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya. " (HR Bukhori) [8]
2.      Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33:
 انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا
Artinya: Sesungguhnya Allah bermaksud   hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. 
3.      Memberikan pengajaran Al-Qur'an terhadap anak, belajar Al-Qur'an dan  mengamalkanya adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur'an manusia menjadi umat yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadist riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman ra Rosulullah SAW bersabda:
عن عثمان بن عفان رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم القران و علمه. (رواه البخارى)
Artinya: Dari Ustman bin Affan ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Sesungguhnya orang termulia diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an. (HR Bukhari)

Kesimpulan
Ilmu memiliki peran sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan  antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan   yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat. Karena keberadaan pendidikan menjadi prasyarat kemajuan sebuah bangsa.
Dalam Islam pendidikan sangatlah penting, terutama pendidikan terhadap anak.Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk selalu memperhatikan pendidikan anak dan memberikan pengawasan terhadapnya, dengan cara membiasakan dengan akhlak yang mulia, menanamkan benih-benih keimanan dalam hatinya, mengawasi segala urusannya, karena seoarang anak jika diabaikan maka akan rusak akhlak dan tabi'atnya, dan akan menjadi seorang yang tidak beradab, tidak akan dalam kehidupannya, bahkan akan menjadi virus bagi masyarakat.[9]


DAFTAR PUSTAKA

Abdur rahman bin jibran, Abdulloh bin, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah . Terj. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemahkan Attarghib wat Tarhib . Surabaya. Al-Hidayah
Al Qur'an Al Karim
As Shobuni , Muhammad 'Ali, 1420 H-1999 M , Min Kunuz As Sunnah , Terj, Jakarta , Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta'limul Muta'allim . Surabaya: Al-Hidayah
Muhammad Zuhri, 1993. Terjemahkan Jawahirul Bukhari , Surabaya, Darul Ihya '


[1] Abdulloh bin Abdur rahman bin jibran, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori, hal 19
[2] Abdulloh bin Abdur rahman bin jibran,ibid  hal 16-17
[3] Khasiah As Sihindi terhadap Ibnu Majah
[4] Al-Mundiri Hafidz. 2000.Terjemah Attarghib wat tarhib.Surabaya.Al-Hidayah,.hal.01
[5] Al-Asqolani, Ibnu Hajar.2002.Fathul Baari Syarah.terj Jakarta.Pustaka Azzam.hal.375

[6] Ibid hal.374
[7] Ibid hal. 302
[8] Muhammad Zuhri, 1993.Terjemah Jawahirul Bukhori.Surabaya: Darul Ihya hlm.34
[9] as-shobuni, M.Ali.1999.Min Kunuz As sunnah. Terj,Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah hal. 130

Tidak ada komentar: