“PENGANTAR STUDI HADIST TARBAWI”
I.
Hadist
Tentang Memperdalam Ilmu Agama
عَنْ
مُعَاوِيَةَ يَقُولُ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَقُولُ : مَنْ يُرِدْ
اللَّـهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Dari
Muawiyah berkata : saya mendengar Rasulalloh bersabda barang siapa di kehendaki
kebaikan oleh Alloh, maka ia akan di fahamkan tentang agamanya. (HR Bukhori).
Penjelasan
Yufaqhu
fid din artinya
diberikan pemahaman kecerdasan dan pengetahuan yang membuatnya mampu mengambil
hukum dari dalil-dalilnya. Inilah yang diberikan oleh Alloh kepada para sahabat
dan juga para tabiin. Seperti doanya Nabi saw untuk Ibnu Abbas “Ya Alloh
fahamkan dia kepada Agama dan ajarkan kepadanya tafsir”maka Beliau Ibnu
Abbaspun menjadi seorang yang sesuai dengan doa Nabi sehingga pernah beliau
mentafsiri surat An nur dengan sangat tinggi dan seandainya Yahudi dan Romawi
mendengar pasti masuk Islam.[1]
Kesimpulan
Bahwa
salah cinta tanda cinta Alloh kepada hamba-Nya adalah dengan cara di pahamkannya terhadap agamanya.
Dan hadist diatas memberikan motivasi untuk senantiasa belajar bagi setiap
orang.
II.
Hadist
tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang berbicara
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللَّـهُ تَعَالَى عَنْهُ ـ أَنَّهُ قَالَ :بَيْنَمَا
النَّبِيُّ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ :
مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّـهِ
يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ ،
وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ :
أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ ؟ قَالَ : هَا أَنَا يَا رَسُولَ
اللَّـهِ ، قَالَ : فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ . قَالَ
: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ
أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.
Artinya : dari
Abu Huroiroh berkata ketika Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara
terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya
Rasul kapan Kiamat, maka Rasul tetap
melanjutkan mengajarnya. Sebagian
orang berpendapat Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak
suka terhadap pertanyaan dan sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai
selesai mengajar Beliau bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat?
Orang itu menjawab : Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda : Apabila Amanah sudah
disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud
dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan
bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat”
Penjelasan :
Didalam
Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab pertanyaan ketika proses
pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui
bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para
sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi
melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya.[2]
Kesimpulan
Hadist
tersebut di atas memberikan pemahaman tentang bagaimana adab (etika) ketika
seseorang bertanya kepada gurunya, sedang gurunya belum selesai menyampaiakn
materi. Maka sebagai guru, Nabi kemudian melanjutkan materi sampai selesai
setelah itu baru menjawab pertanyaan sang murid. Setiap pertanyaan yang di
ajukan kepada guru pada saat sedang menjelaskan suatu bab tertentu, mestinya
pertanyaan menyesuaikan dengan bab yang sedang di bahas.
III.
Hadist tentang Hukum
menuntut ilmu
و قال رسول الله صلى الله
عليه و سلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم و وضع العلم عند غير اهله كمقلد الخنازير
الجوهر و للؤلؤ و الذهب. (رواه ابن مجاه)
Artinya:
"Dan Rosulullah Saw. Telah
bersabda: Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang menempatkan
ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan
orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi
dengan beberapa permata, dan emas. (HR Ibnu Majah)
Penjelasan
Menurut ibnul Mubarak
yang dimaksud hadist ini adalah ketika seorang dihadapkan pada masalah agama,
maka dia wajib mencari tahu sampai ia mengetahuinya. Menurut Imam Al Baidhowi
yang dimaksud dengan ilmu yang harus dicari tahu adalah seorang hamba tidak
boleh tidak mengetahui seperti mengetahui penciptanya, keesaan Alloh, Kenabian
Rasul, tata cara sholat maka mempelajarinya adalah fardhu ain. Imam Ats
sauri yang dimaksud dengan ilmu adalah tidak ada pemakluman untuk tidak
mengetahuinya. Ala kulli muslim artinya mukalaf artinya orang
yang sudah dibebani untuk melakukan, Maka mencakup laki-laki dan perempuan. [3] Hadist tersebut juga merupakan
penjelasan tentang hukum mencari ilmu untuk setiap orang Islam laki laki maupun
perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan
tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.[4]
Adapun hukum menuntut
ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena melihat pentingnya ilmu
dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani
kehidupan ini tanpa memiliki ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul
Muta'allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan
diantara makhluk - makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[5]
Kesimpulan hadist
tentang hukum menuntut ilmu
Hadist ini berisi
kesimpulan bahwa :
1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap
muslim
2. Jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang
enggan menerima ilmu
IV.
Hadist tentang anjuran
menjaga ilmu
حديث عبد الله بن عمر بن
العاص رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص. م. يقول: ان الله و يقبض
العلم انتزاعا ينتزعه من الناس و لكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى اذا لم يترك
عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلو فأفتو بغير علم فضلو و اضلو (متفق عليه)
Artinya:
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Amru bin Ash. Katanya: aku pernah mendengar Rosulullah
bersabda: Allah tidak mengambil ilmu islam itu dengan cara mencabutnya dari
manusia sebaliknya Allah mengambilnya dengan mengambil para ulama sehingga
tidak tertinggal meskipun seorang. Manusia menunjuk orang jahil menjadi
pemimpin, menyebabkan ketika mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa
berdasarkan pada ilmu pengetahuan, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang
lain (HR Bukhori - Muslim)
Penjelasan
Rosulullah mengucapkan hadist
ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad
dan Tabrani dari hadist Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada 'Nabi
bersabda: "Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya
ilmu".
Arabi berkata
"Bagaimana cara ilmu itu datang dan dihancurkan? Beliau bersabda: "punahnya
ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang menguasai ilmu)"
Hadist ini berisi
anjuran menjaga ilmu, pengingat untuk pemimpin yang bodoh, dan peringatan
bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar - benar
mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa
berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadist ini juga dijadikan alasan oleh para
ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid. [6]
Kesimpulan hadist
tentang anjuran menjaga ilmu
Hadist ini berisi anjuran
menjaga ilmu, pengingat untuk pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang
berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar - benar mengetahui dan
larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu
pengetahuan.
V.
Hadits tentang keutamaan
menuntut ilmu
ومن سلك طريقا يلتمس فيه
علما, سهل الله له به طريقا إلى الجنة .......
Artinya: Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radiallahuanhu, Sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda Barang siapa menempuh jalannya
untuk mencari ilmu, maka Allah mempermudah kepadanya jalan ke
surga. (HRMuslim)
عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ
كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ( رواه الترمذي)
Dari Anas bin Malik
berkata, telah bersabda Rasulullah saw: "barangsiapa keluar (pergi) untuk
mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali (HR.
Tirmidzi).
Penjelasan
Dalam hadits yang kedua
Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu itu dinilai sebagai berjuang di jalan
Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia
saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama
dengan mati syahid.
Kesimpulan
Bahwa dengan ilmu
manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh
perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah
kepada orang yang mencari ilmu.[7]
VI.
Hadist tentang peran ilmu
terhadap pendidikan
عن علي. أن النبي صلى
الله عليه وسلم قال: أدبوا أولادكم على ثلاث خصال, حب نبيكم, و حب ال بيته, وتلاوة
القران. فإن حملة القران في ظل عرش الله يوم لا ظل إلا ظله مع أنبيائه و
أصفيائه. (رواه الطبراني)
Artinya: Dari Ali, bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata: Didiklah anak-anak kalian semua dengan
tiga perangai: Cinta Nabi kalian, Cinta keluarga nabi, dan Membaca AlQur'an,
maka sesungguhnya orang yang belajar AlQur'an berada dalam
perlindungan Allah , Pada hari yang tiada pertolongan selain pertolongan Allah
beserta para nabinya dan kekasihNYA. (HR Ath Thobroni).
Penjelasan dan hadist
lain
Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik
anak-anaknya dengan tiga perangai:
1. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap
Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap kedua orang tuanya bahkan
terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:
عن انس بن مالك رضى الله عنه انه قال. قال النبي صلى الله عليه
وسلم: لا يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين. (رواه البخارى)
Artinya: Dari Anas ra
bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda, "Seseorang diantara
kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai dari orang tua, anak-anak dan
manusia seluruhnya. " (HR
Bukhori) [8]
2. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada
seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut
dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak
mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33:
انما
يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا
Artinya: Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul
Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
3. Memberikan pengajaran Al-Qur'an terhadap anak,
belajar Al-Qur'an dan mengamalkanya
adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur'an manusia menjadi
umat yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadist riwayat Imam Bukhari
dari sahabat Ustman ra Rosulullah SAW bersabda:
عن عثمان بن عفان رضى الله
عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم القران و علمه. (رواه البخارى)
Artinya: Dari Ustman bin
Affan ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Sesungguhnya orang termulia diantara
kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an. (HR Bukhari)
Kesimpulan
Ilmu memiliki peran
sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal,
ada keseimbangan antara
aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan
pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh
generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat. Karena keberadaan
pendidikan menjadi prasyarat kemajuan sebuah bangsa.
Dalam Islam pendidikan
sangatlah penting, terutama pendidikan terhadap anak.Oleh karena itu Nabi
Muhammad SAW memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk selalu memperhatikan
pendidikan anak dan memberikan pengawasan terhadapnya, dengan cara membiasakan
dengan akhlak yang mulia, menanamkan benih-benih keimanan dalam hatinya,
mengawasi segala urusannya, karena seoarang anak jika diabaikan maka akan rusak
akhlak dan tabi'atnya, dan akan menjadi seorang yang tidak beradab, tidak
akan dalam kehidupannya, bahkan akan menjadi virus bagi masyarakat.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Abdur
rahman bin jibran, Abdulloh bin, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah .
Terj. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemahkan Attarghib wat
Tarhib . Surabaya. Al-Hidayah
Al Qur'an Al Karim
As
Shobuni , Muhammad 'Ali, 1420 H-1999 M , Min Kunuz
As Sunnah , Terj, Jakarta , Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta'limul Muta'allim . Surabaya: Al-Hidayah
Muhammad Zuhri,
1993. Terjemahkan Jawahirul Bukhari , Surabaya, Darul Ihya '