Senin, 22 Oktober 2012

Kesuksesan Kepemimpinan Nabi Muhamad dan Kontekstualisasi Dalam Dunia Pendidikan


 I. Latar Belakang 

Dalam sejarah tidak ada orang sesempurna Nabi Muhammad. Kesempurnaan dalam kepemimpinannya merupakan bagian kesempurnaan Beliau yang begitu banyak. Kesuksesan, kesempurnaan, kemenangan dan keistimewahan langkahnya dan datangnya dukungan dari Alloh adalah bukti bahwa beliau benar-benar utusan Allah yang mendapat pembinaan dan perlindungan langsung dari Allah. Perjalanan sejarah kesuksesan Nabi menunjukkan usaha yang dilakukan berbanding lurus dengan hasil yang dicapai, sampai-sampai hal ini menjadi kaidah atau teori yang berkembang dan beredar di kalangan kaum muslimin dan diakui kebenarannya seperti : “man jadda wajada”(barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan keinginan yang diimpikannya), “la tarum ‘ilman wa tatruka al-ta’ab” (janganlah kamu menginginkan ilmu, sedangkan kamu meninggalkan kecapekan) dan banyak lagi yang lainnya. Kaidah-kaidah di atas juga dapat digunakan sebagai alat analisis mengenai mengapa nabi Muhammad SAW dapat mencapai sukses besar dalam kepemimpinannya.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa nabi Muhamad adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil dalam segala bidang. Baik sosial, ekonomi, Pendidikan maupun politik. Kita bisa melihat sejarah hanya dalam rentang waktu tertentu 23 tahun yang terdiri 13 tahun pereode makkah dan 10 tahun pereode madinah beliau telah berhasil merubah masyarakat dari kekufuran menjadi masyarakat beriman, dari masyarakat musyrik menjadi bertauhid, dari kemaksiatan menjadi ketaatan. Dari massa yang sesingkat itu nabi muhamad telah berhasil merubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat madaniyah yang berperadaban tinggi dan mulia. Mengkaji perjalanan hidup Nabi Muhamad (Sirah Nabawiyah) adalah bagaikan mengarungi samudra yang luas dan tidak bertepi. Hikmah yang terpancar darinya sangat banyak seolah kita tidak sanggup untuk menghitungnya. 
Keteladanan dan kepemimpinan Beliau tentu kita dapat lihat dari berbagai aspek baik aspek bisnis, militer, pendidikan dan tentu masih banyak lagi. Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Rasulullah saw berlangsung bukan tanpa hambatan. Ia menghadapi hambatan fisik maupun mental. Ia diejek, dicemooh, dihina dan disakiti. Pada malam berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib, rumahnya dikepung oleh orang-orang beringas. Namun hambatan-hambatan itu tidak membuatnya putus asa dan gagal dalam melaksanakan tugas. Bahkan dalam waktu yang relatif singkat, ia mampu menyelesaikan tugasnya membina satu masyarakat yang sebelumnya dikenal sangat bobrok, serakah, fatalistik, anarkhis dan terpecah belah menjadi satu masyarakat yang ideal, berkeadilan dan sejahtera dunia dan akhirat. Banyak para ahli sejarah dan ilmuwan yang menempatkan posisi Nabi masuk peringkat pertama manusia yang berpengaruh di dunia. Hal tersebut dikarenakan kesuksesan Nabi Muhamad dalam memimpin umat dan keteladanan pribadi Beliau yang sangat agung. Untuk itulah makalah ini di buat untuk menggali dan menelusuri kesuksesan Nabi Muhamad dalam kepemimpinan sehingga nantinya dapat dijadikan referensi bagi setiap pemimpin dan lebih khusus lagi adalah pemimpin lembaga pendidikan sehingga lembaga-lembaga pendidikan dapat di perhitungkan di kancah pendidikan modern seperti sekarang ini. 

II. KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM DAN KONTEKSTUALISASI DALAM PENDIDIKAN


 A. Kepemimpinan Dalam Islam
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya (leader behavior). Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi atau dalam skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara. “Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.” Sedangkan dalam definisi Ralph M. Stogdill kepemimpinan adalah proses pelibatan kelompok, pengaruh kepribadian dan seni meminta kerelaan. Kepemimpinan juga adalah proses penggunaan pengaruh, pencapaian tujuan, interaksi, peran yang diperbedakan, dan perbedaan antar kelompok. Sedangkan tugas kepemimpinan adalah tugas tugas pengabdian. Dia dipanggil demi penyelesaian masalah demi tujuan dan cita-cita bersama. Tujuan dan cita-cita merupakan unsur yang pertama dan paling pokok dalam kepemimpinan Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut.
Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya. Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya. Dalam pandangannya, menurut Hadari Nawawi konsep kepemimpinan dalam Islam adalah sebuah keniscayaan. Menurutnya kepemimpinan dari sudut agama Islam merupakan secara sederhana oleh setiap pemimpin harus dijalankan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menyeru orang lain di lingkungan masing-masing menjadi manusia beriman. 
Kepemimpinan dalam Islam adalah salah satu sub system dalam system Islam yang mencakup pengetahuan seluruh Aspek kehidupan secara principal. Islam mengatur niat, amal, tujuan sekaligus sumber kehidupan. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang di pimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip kepemimpinan, yaitu melaksanakan melaksanakan kewajiban pemimpin dengan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi yang dipimpin. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman: “Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi surga firdaus, mereka akan kekal di dalamnya” (QS.Al Mukminun 8-9) Seorang pemimpin harus bersifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggungjawab. Jika pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Itulah mengapa nabi Muhammad SAW juga mengingatkan agar menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dipertanggungjawabkan, baik didunia maupun diakhirat. Nabi bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Bukhori). Nabi Muhammad Saw juga bersabda: “Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhori) Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah : a. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya; b. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi; c. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya; d. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya. Prinsip kepemimpinan dalam islam merupakan pelaksanaan tanggung jawab pemimpin dan yang dipimpin kepada Alloh serta kepada masyarakatnya. Pelaksanaan tanggung jawab itu dalam rangka menunaikan ibadah kepada Alloh. Dalam islam seorang pmimpin hendaknya : 1. Seorang Muslim 2. Mempunyai yang mempunyai tanggung jawab dan memiliki sifat: a. Mempunyai pengetahuan strategis dan tehnis b. Mempunyai kesanggupan mengambil keputusan c. Memandang tugas sebagai kewajiban yang harus di pertanggung jawabkan kepada Alloh. 3. Seorang yang di dukung oleh pemilihan yang dilakukan secara demokrasi dan diterima oleh lingkungan social. Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

B. Kunci sukses Kepemimpinan Nabi

Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin maka sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut : 1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. 2. Harapan dan perilaku atasan. 3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan. 4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. 5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. 6. Harapan dan perilaku rekan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi. Menurut Abdul Haris, kesuksesan Nabi Muhamad dalam memimpin di dasari oleh Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinannya, sehingga beliau memperoleh sukses besar terkenal dengan istilah “mabadi’ khaira ummat” (prinsip-prinsip yang dapat menjadikan kita sebagai umat terbaik) yang isinya adalah : 1. Al- Shidqu. Sebagai salah satu sifat Rasulullah, al-Shidqu, berarti jujur, benar, keterbukaan, tidak berbohong; satunya hati, kata dan perbuatan. Setiap kaum muslimin, mula-mula dituntut jujur kepada diri sendiri, kemudian kepada orang lain. Dalam mua’amalah atau berinteraksi dengan orang lain, kita harus memegangi sifat al-Shidqu ini sehingga kawan kerjanya tidak kawatir tertipu. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saat menjalankan bisnis Khadijah. Dari sikap itu beliau memperoleh sukses besar. 2. Al-Amanah wa al-Wafa’ bi al-‘Ahdi. Sifat ini secara sederhana dapat diterjemahkan dengan“dapat dipercaya, memegang tanggungjawab dan memenuhi janji”. Amanah juga satu dari sifat Rasul. Sifat ini merupakan hal penting bagi kehidupan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Sebelum diangkat sebagai Rasul, Nabi Muhammad mendapat gelar al-Amin dari masyarakat karena diakui sebagai orang yang dapat diserahi tanggungjawab. 3. Al-‘Adalah. Berarti bersikap adil, proporsional, obyektif dan mengutamakan kebenaran. Setiap kaum muslimin harus memegangi kebenaran obyektif dalam pergaulan untuk mengembangkan kehidupan. Orang yang bersikap adil meski kepada diri sendiri akan dipandang orang lain sebagai tempat berlindung dan tidak menjadi ancaman. Sikap adil juga merupkan ciri utama bagi seorang muslim sejati dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Al-Ta’awun. Al-Ta’awun artinya tolong menolong, atau saling menolong antar sesama dalam kehidupan. Dalam agama Islam, tolong-menolong merupakan prinsip bermuamalah dalam arti luas. Karena itu dalam jual-beli misalnya, kedua belah pihak harus mendapat keuntungan, tidak boleh ada satu pihak yang dirugikan. Sebab prinsip ta’awun dalam konteks ini adalah : pembeli menginginkan barang, sedangkan penjual menginginkan uang. Kesuksesan Nabi Muhamad dalam memimpin karena Beliau juga memiliki sifat Al- Istiqomah. Istiqomah adalah sikap mantap, tegak, konsisten, tidak goyah oleh godaan yang menyebabkan menyimpang dari aturan hukum dan perundangan. 
Di dalam al-Qur’an dijanjikan kepada orang yang beriman dan istiqomah, akan memperoleh kecerahan hidup, terhindar dari ketakutan dan kesusahan, dan ujungnya mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan menurut Heri Muhamad Nabi Muhamad sejak kecil telah memiliki kepribadian yang mulia. Tidak ada manusia yang akhlaknya ucapannya, perbuatan maupun gerakan fisiknya sesempurna Nabi. Beliau adalah uswatun khasanah seorang teladan sejati mulai masa kanak-kanak sampai akhir hayat. Tidak ada sedikitpun noda hitam dalam kehidupan Beliau, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat. Sejak muda Nabi Muhamad sudah di kenal oleh masyarakat sebagai “Al Amin” orang yang sangat dipercaya. Sifat Amanah ditambah sidiq, Tablig, fatonah, istiqomah, sabar, pemaaf dan sifat mulia lainnya menjadi modal besar bagi Beliau dalam memimpin umat. Alloh sendiri memuji Nabi sebagai seseorang yang memiliki Akhlak yang mulia sebagai surat Al Qolam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Luar biasa, Predikat dan pujian ini langsung datang dari Allah Swt, karena akhlak beliau yang mulia. Maka tidak heran bila dalam waktu yang relatif singkat, beliau berhasil berdakwah dan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini, dengan membawa peradaban Islam yang mulia dan terhormat menggantikan peradaban jahiliah yang hina dan zalim.
Inilah rahasia kesuksesan dakwah Rasulullah saw yaitu akhlak mulia Akhlak Nabi yang terpuji tanpa cela. Muhammad saw. sejak muda sebelum diangkat menjadi rasul terkenal lemah lembut, namun penuh daya vitalitas, berakhlak mulia, jujur, dan tidak mementingkan diri sendiri atau sukunya. Sewaktu bergaul dengan masyarakatnya beliau menonjolkan kejujuran yang tidak ada bandingannya sehingga masyarakat Qurays memberi gelar Al Amin kepadanya . Karena kejujurannya pula, ia mendapat kepercayaan dari Khadijah yang kemudian menjadi istri dan pendukungnya untuk membawa dagangannya ke Syria. Karena terkenal jujur dan keyakinan tidak akan berpihak, maka masyarakat mempercayakan kepadanya untuk memutuskan siapa yang akan meletakkan hajar aswad pada tempatnya setelah Kakbah selesai direnovasi Sedangkan menurut Yunahar Ilyas bebarapa kunci rahasia sukses Nabi Muhamad sehingga menjadikan Nabi Muhamad Sukses dalam memimpin. Kunci rahasia sukses tersebut yaitu : 1. Dalam memimpin Nabi selalu dibimbing oleh wahyu. Secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari Alloh menurunkan firman-Nya berupa ayat-ayat Al Qur’an yang berisi perintah, larangan, bimbingan, kisah, sejarah, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Jika ada pertanyaan maka turun ayat yang menjawabnya. Jika ada kejadian atau peristiwa, maka turun pula ayat yang meresponnya. 2. Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah, tidak jarang Nabi bermusyawarah dengan para sahabat. Jika ada perbedaan pendapat Nabi menyelesaikan dengan sangat bijaksana. Semua pendapat dihormati oleh Nabi, sekalipun bukan pendapat tersebut yang diambil. Misalkan tentang tawanan perang badar terjadi perbedaan yang tajam antara sahabat Abu bakar dan Umar bin khottob. Menurut abu bakar sebaiknya tawanan perang itu dibebaskan dengan meminta tebusan karena mereka adalah family dan saudara kita juga. Bagi yang tidak sanggup membayar dapat membayarnya dengan jasamengajarkan membaca dan menulis. Tetapi menurut Umar bin khattab, sebaiknya semua tawanan dibunuh karena mereka adalah musuh Alloh dan Rosul-Nya. Sebelum memutuskan mengambil pendapat Abu Bakar Nabi mengatakan bahwa kalau di ibaratkan dengan Malaikat, Abu bakar adalah Malaikat Mikail yang menebarkan rahmat. Kalau diibaratkan Nabi Abu bakar seperti Nabi Ibrahim yang pemaaf. Sedangkan Umar bin khattab adalah ibarat malaikat Jibril yang bertugas menurunkan Azab dan seperti Nabi Nuh yang meminta kepada Alloh jangan biarkan kaum kafir sedikitpun yang tersisa di permukaan bumi. Nabi tidak sedikitpun menggunakan politik belah bambu, satu di injak yang lain diangkat. Jika seorang pemimpin tidak mampu mengelola perbedaan dengan baik maka perpecahan pasti terjadi. 3. Sebagai seorang pemimpin Nabi selalu bersama-sama dengan umat dan merasakan apa yang mereka rasakan. Jika umat menderita, Beliau lebih merasa menderita. Nabi sangat ingin umatnya sejahtera dan bahagia. Beliau pengasih dan penyanyang kepada umat-Nya. Kepemimpinan Muhamad adalah kepemimpinan Insani dan Robbani. Dalam konteks Insani Nabi sering bergaul serta menyantuni para sahabat. Dalam pergaulan Beliau juga mendidik, member contoh yang baik, mendengarkan orang lain, mencari penyelesaian masalah serta bersama-sama mengahayati prinsip yang telah di tetapkan oleh Alloh. 4.
Dalam memimpin Nabi tidak hanya mengarahkan dan membimbing dari balik meja, tetapi juga terjun langsung ke lapangan. Baik dengan bimbingan wahyu, berijtihad maupun musyawarah dengan para sahabat. Nabi mengatur strategi dan taktik perjuangan baik dalam peperangan maupun dalam perdamaian. 5. Sebagai pemimpin kata-kata Nabi sangat didengarkan karena beliau adalah seorang yang konsisten. Tidak ada beda antara kata dan perbuatannya. Sebelum mengajarkan sesuatu, maka Nabi melakukannya terlebih dahulu. Adakalanya Nabi tidak bicara dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan dan keteladanan. Nabi disiplin dan konsisten dalam menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Contoh takkala Usamah bin Zaid diutus oleh beberapa orang Quraisy untuk meminta keringanan hukuman bagi seorang wanita Qurais yang terbukti mencuri dan harus di potong tangannya. Tetapi dengan tegas Nabi menolaknya. Bahkan Beliau menegaskan andaikan Fatimah binti Muhamad yang mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya. Sedangkan menurut Danial Zainal Abidin, sebagai seorang pemimpin Nabi Muhamad lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Sebagai contoh sewaktu terjadi perang Badar, Nabi menerima usulan sahabat yang mengusulkan agar tentara-tentara Islam berkemah dekat kawasan yang berdekatan dengan sumber air. Sewaktu terjadi perang Uhud didalam kota Madinah. Sebaiknya beliau menerima pandangan dari para sahabat untuk berperang di luar kota. Sewaktu perang khandak beliau juga menerima ususlan dari Salman Al Farisi untuk membuat parit mengelilingi kota Madinah. Kepercayaan seperti ini pasti dapat meningklatkan semangat dan keyakinan siapapun Demikianlah sebagian dari rahasia sukses kepemimpinan Nabi dan tentu masih banyak sifat-sifat Mulia Nabi yang lainnya. 

C. Kontekstualisasi Kepemimpinan dalam dunia Pendidikan 

Menurut Daud Rosyid untuk mencetak pemimpin harus dimulai dari pendidikan, sebab pendidikan adalah proses jangka panjang yang berlangsung lama dan bertahap. Sementara latihan kepemimpinan juga mengharuskan proses yang sejalan. Di samping itu pendidikan sudah sejak lama memainkan peran dalam membentuk generasi muslim yang dapat tampil. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan Tehnologi serta tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan menuntut kepemimpinan yang efektif sebagaimana yang Nabi contohkan di atas. Tentunya bagi seorang pemimpin pendidikan adalah bagaimana ia mampu berperan aktif dan efektif dalam mendorong dan pelopor perubahan organisasi menuju yang bermutu melalu peningkatan kualitas diri seorang pemimpin.
Seorang pemimpin pendidikan apalagi Islam harus memiliki sifat-sifat kenabian yang meliputi sidiq, amanah, tablig, fatonah. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu organisasi tentu sangat di tentukan oleh mutu kepemimpin dan managemen yang efektif. Untuk mendapatkan sukses seorang pemimpin lembaga pendidikan Islam juga harus memegangi sifat konsisten (Istiqomah), tahan godaan dan tidak tergiur untuk melakukan penyimpangan yang hanya menjanjikan kebahagiaan sesaat dan kesengsaraan jangka panjang. Konsisten berarti berpegang teguh pada prinsip-prinsip keyakinan dan merutinkan amaliyah sesuai keyakinan tersebut. Di samping itu seorang pemimpin pendidikan Islam juga harus memiliki sifat kepemimpin model Nabi (Profetik). Ia harus memiliki sifat Siddiq artinya kejujuran, sehingga ia dapat dipercaya oleh bawahannya atau yang dipimpimnya. Tabligh artinya penyampai,dalam hal kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi. Setiap pemimpin lembaga pendidikan Islam harus mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan yang dipimpinnya serta ia harus mampu bernegoisasi dengan bawahan aatau lembaga lain. Selain itu seorang pemimpin pendidikan harus memiliki sifat Amanah artinya dapat bertanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Sekecil apapun amanah, maka pemimpin lembaga pendidikan Islam harus menunaikan tanggung jawab tersebut dan dapat mempertanggungjawabkan amanah tersebut. Demikian pula sifat Fathanah artinya mempunayi kecerdasan, maka setiap pemimpin lembaga pendidikan Islam harus mampu dalam membuat perencanaan pengembangan lembaga pendidikan. Ia harus merumuskan visi dan menerjemahkan dalam misi. Ia juga harus merumuskan strategi dan mengimplementasikannya. 
Peran kepemimpinan pendidikan Islam sangat penting sekali dalam mengejar mutu yang di inginkan pada setiap unit lembaga pendidikan. Sekolah hanya bisa maju apabila di pimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang visioner, memiliki ketrampilan managerial, mempunyai integritas kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu dan tentu di topang dengan sifat-sifat kenabian di atas. Dengan demikian lembaga pendidikan yang mempunyai semua komponen kepemimpinan dalam Islam dapat di pastikan lembaga tersebut akan mengalami kesuksesan sebagaimana Nabi Praktekkan dalam memimpin umatnya. Selain itu, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. 
Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-adilnya. kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan. Kepemimpinan sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu (baik mutu pribadi maupun lembaga) akan mampu menggerakkan organisasi agar program dan tujuan yang di tetapkan bersama dapat tercapai. Demikian pula dengan gerakan mutu pada lembaga pendidikan harus di pegang oleh pemimpin yang bermutu pula. Menurut syarifudin untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang bermutu maka peranan kepemimpinan pendidikan yang efektif dengan berbagai sifat dan karakteristiknya yang dibutuhkan Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain sebagai mana yang di lakukan Nabi. 
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Para tokohnya terlihat dengan mudah kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi. Harapan masyarakat akan munculnya seorang pemimpin muslim yang mampu dan bisa diterima oleh semua lapisan dalam mewujudkan Negara yang terhormat, kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang. 
Menelisik kepemimpinan Nabi yang menjadi suri tauladan sempurna bagi umat seluruh alam, jika di kaitkan dengan konteks kepemimpinan kekinian, yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan, keberagaman manusia yang sumber salah dan lupa menjadikan faktor utama untuk ketidak sempurnaan semua tingkah laku. Namun tidak bisa kemudian hal ini menjadi justifikasi atas dekadensi dan kebobrokan moral pemimpin yang tidak amanah, tidak jujur dan tidak dapat menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya untuk menegakkan moral. Kepemimpinan seharusnya mengacu dan selalu mengarah kepada satu visi yang jelas, sehingga arahnya pun jelas. Dan keteladanan Nabil-ah yang harus di panuti oleh pemimpin-pemimpin dunia pendidikan Islam. Demikianlah, dengan besarnya beban yang di pikul para pemimpin lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian apabila seluruh sifat-sifat yang melekat pada Nabi dalam memimpin melekat pada setiap pemimpin lembaga pendidikan Islam, dapat di pastikan lembaga pendidikan tersebut dapat maju dan sukses dalam perkembangannya. Begitu pula sebaliknya, jika para pemimpin lembaga Pendidikan tidak mempunyai sifat-sifat kenabian (profetik) dapat dipastikan pula lembaga tersebut tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan bahkan tertinggal.

III. PENUTUP

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam konteks Islam kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dalam hal ini seperti idealistik rasulullah, yaitu mengutamakan musyawarah dan pendekatan akhlaqi, yaitu mengaggap staf sebagai mitra kerja dalam mencapai tujuan. Dalam kehidupannya Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang sangat sukses dalam semua bidang, baik bidang politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan masih banyak lagi. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh karena beliau mendapatkan dukungan langsung dari Allah SWT, akan tetapi juga karena sifat-sifat yang beliau miliki menunjang dan menentukan kesuksesan perjuangan yang dilakukannya. Ini penting untuk ditegaskan karena pada akhirnya akan menjadi “rumus” dan “pegangan” bagi kita sebagai manusia untuk menegaskan bahwa siapapun yang menjadi pemimpin ketika sifat-sifat yang mendasari kepemimpinannya, meniru dan menerapkan sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad adalah jalan terbaik bagi siapapun para pemimpin lembaga pendidikan untuk meraih kesuksesan dalam kepemimpinan Pendidikan. Usaha meningkatkan mutu pendidikan Islam memerlukan kemampuan dan kehandalan pemimpinnya sehingga terpenuhi kepemimpinan yang kuat. Model kepemimpinan Nabi mestinya dapat di jadikan tauladan dan contoh yang terbaik dalam kepemimpinan pendidikan Islam. Apabila model ini dapat di aplikasikan dalam sebuah lembaga pendidikan maka dapat di pastikan lembaga tersebut akan sukses dan menjadi maju karena di pimpin oleh pemimpin yang mempunyai sifat-sifat ke-Nabi-an (Profetik) 

DAFTAR PUSTAKA Al Mubarakfuri, Syaikh Syafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1997 
AM Mangunhardjana, Kepemimpinan, Jogjakarta : Kanisius, 1986 
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 1996 
Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan, Jakarta : GIP,1995 
Hawa, Said, Ar Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam, Jakarta, GIP, 2007 http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam http://www.nulumajang.or.id Disampaikan pada acara Dialog Pelajar/Remaja, oleh Remaja Masjid Agung “KH. Anas Machfudz” Lumajang pada tanggal 18 Februari 2012, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW) 
http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/ Makalah Yunahar Ilyas, Kepemimpinan Rosululloh dalam www.dostoc.com
Muhamad, Heri, 44 Keteladanan Kepemimpinan Muhamad, Jakarta : GIP, 2005 
Mushaf Al Qur’an Tarjamah, Jakarta: Al Huda Kelompok GIP, 2005
Modul/Materi ajar Kepemimpinan Dalam Islam UII Jogjakarta, 2005 
Rosyid, Daud, Islam Dalam Berbagai Dimensi, Jakarta : GIP, 1998 
Siddiqi, Nourouzzaman, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Jakarta: Gramedia, 1996
Syarifudin, Managemen Mutu terpadu dalam pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2002 
Syafii, Antonio, Kepemimpinan Sosial dan Politik, Jakarta ; Tazkia Publising, 2011 
Team Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung ; PT Imperial Bakti Utama, 2007
Zaenal Abidin, Danial, 7 Formula Individu Cemerlang, Jakarta: PT Hikmah Mizan Publika, 2007 
Zubaidi, M. Lilik, kepemimpinan Perspektif Islam Dalam Aktifitas Dakwah (Telaah Pemikiran Prof Dr Hadari Nawawi), http://digilib.uin-suka.ac.id, 2008