Selasa, 21 Juli 2009

Hp untuk anak

“HP untuk anak sekolah, Perlukah?”
Abdul Qohin

“Haree geene ngak punya handphone?” aneh alias sudah bukan waktunya lagi bagi manusia yang tinggal di perkotaan untuk tidak punya Hp alias telepon seluler (Ponsel). Tapi bagaimana dengan anak-anak? Kapan mereka boleh punya ponsel pribadi?
Fenomena dewasa ini, sudah menjadi hal yang tak terelakan manakala murid-murid sekolah banyak menggunakan Hp. Dari Mahasiswa, anak-anak SMA bahkan sampai anak-anak SD pun tak ketinggalan dengan mereka yang sudah besar. Tidak sedikit orang tua murid yang beranggapan memberikan Hp untuk anak-anak mereka bisa membuat mereka lebih berlega hati, kebanyakan siswa juga beranggapan menggunakan Hp adalah semacam tren masa kini dan harus di ikuti. “Tidak mengikuti tren ini berarti di bilang kuno, katanya”. Tetapi para pakar umumnya berpendapat keuntungannya hanya sedikit, sedang kerugian yang diakibatkan sangat banyak. Pertama-tama kita perlu menganalisa keuntungan dan kerugiannya bersama-sama sebelum kita membelikan hp untuk anak.
Hp sesungguhnya bisa membuat anak-anak menjaga hubungan erat dengan para orang tua mereka, setiap saat mengetahui keberadaan dari mereka, di saat anak menjumpai masalah yang mendesak juga bisa segera memberitahu orang tua mereka. Tetapi dampak negatifnya juga harus di perhatikan oleh orang tua.
Kebutuhan atau gaya
Seberapa penting ponsel untuk anak anda? Menurut Psikolog keluarga Sarah handayani Data statistik kepemilikan ponsel pada anak di dunia menunjukkan pentingnya ponsel bagi mereka. Di inggris, 9 dari 10 anak memiliki ponsel. Sementara di australia, pada tahun 2003, sekitar 2% anak-anak usia 5-9 tahun, dan 33 % anak usia 10-14 tahun juga memiliki ponsel sendiri. Di jepang, 60 % remaja sudah berponsel.
Belum ada data resmi di Indonesia. Namun setidaknya riset sriwijaya Pos di kota palembang dapat mewakili kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Bandung. Berdasarkan risetnta tahun 2004, di kota Palembang, sekitar 6% atau 28.000orang adalah usia SD dan remaja (7 sampai 12 tahun). Jadi jumlah pemilik ponsel yang masih berusia SD dan Remaja cukup banyak. Di tahun 2009 tentunya pengguna hp di kalangan anak akan bertambah banyak seiring dengan jenis hp yang setiap saat setiap perusahaan selalu mendesain dan mengeluarkan jenis hp-hp yang menarik.
Tingkat kepemilikan ponsel yang cukup tinggi di kalangan anak dan remaja di negara-negara maju memang di sebabkan oleh kebutuhan dan fungsinya. Dinamika bentuk ponsel yang setiap waktu semakin canggih dan lengkap fitur-fiturnya menambah minat beli di kalangan anak dan remaja meningkat pesat. Banyak anak yang meminta ponsel yang keren karena pertimbangan gaya dan gengsi. Banyak fitur-fitur dan layanan game yang mudah di akses lewat internet. Begitu juga dengan musik, tampilan kamera yang telah di rubah menjadi camera yang super keren menggantikan fungsi kamera yang biasa. Selain kebutuhan, di Jepang tahun 2007 ponsel pada anak akan di coba di pakai sebagai sistem pelacakan model baru sang anak. Sehingga keberadaan anak akan dapat di lacak melalui gelombang radio.
HP untuk anak sekolah
Membiarkan anak membawa Hp memang lebih leluasa, tetapi apakah sangat diperlukan? Dalam situasi pada umumnya, asalkan anak sedang mengikuti kegiatan di area sekolah, jika ada kepentingan yang mendesak, para pendidik tentu dapat menghubungi orang tua anak-anak didik mereka melalui sekolah. Jika menjumpai keadaan khusus seperti kunjungan keluar sekolah atau pergi bertamasya, anak juga bisa dibawakan Hp untuk sementara.
Mengapa dikatakan membawa Hp pergi ke sekolah keuntungannya sedikit dan kerugiannya banyak? Sekolah adalah tempat para murid menimba ilmu, ketika pelajaran berlangsung deringan telpon atau menjawab telpon akan bisa mengganggu secara serius ketertiban dalam kelas, membuat murid seluruh kelas tidak bisa konsentrasi pada pelajaran, mempengaruhi keefektifan belajar.
Kebanyakan sekolah melarang murid-murid membawa Hp ke sekolah, tetapi ada pula sekolah yang meminta para muridnya menyetel Hp mereka menjadi silence (diam) di saat pelajaran berlangsung. Tetapi, fungsi Hp yang hanya menerima berita pendek pun, sedikit banyak bisa memecah konsentrasi para murid dalam menerima pelajaran.
Lagi pula Hp sekarang bagaikan sebuah mesin game yang memiliki multifungsi, banyak murid yang tidak dapat mengendalikan diri dengan baik, tidak dapat menahan diri bermain game atau mendengarkan lagu di waktu pelajaran, juga bisa mempengaruhi teman kelas yang berada di sekitarnya mendengarkan pelajaran.
Dan ada sebagian murid yang tidak bisa membedakan waktu pelajaran atau waktu istirahat, mereka tak bosan-bosannya dengan rajin mengirim SMS untuk mengobrol dengan orang lain, sangat serius telah mempengaruhi kegiatan yang normal.
Bahkan ada pula yang berada hanya beberapa langkah dari temannya, tetapi mereka lebih memilih menggunakan berita pendek untuk mengadakan komunikasi, sehingga teknik berkomunikasi secara berhadap-hadapan tidak bisa berkembang secara sehat. juga sudah pasti merasakan gangguan semacam ini.
Yang terpenting adalah mengarahkan anak untuk bisa berpikir, sebenarnya kembali ke sekolah itu untuk apa? Anda boleh dengan jelas memberitahukan kepada anak, “Bukan hanya belajar teknik dan pengetahuan, yang lebih penting adalah membina kualitas pribadi yang baik.” Segala macam situasi yang dijumpai bisa dipergunakan untuk melatih kemampuan kita untuk menahan diri, jika keteguhan hati dibina dengan baik, maka di kemudian hari saat harus menghadapi pekerjaan apa pun, untuk dapat menggapai kesuksesan tidaklah terlalu sulit.
Selain itu kita bisa berdiskusi bersama dengan anak Anda, “Apakah perlu membawa Hp pergi ke sekolah?” “Bagaimana memastikan tidak terpengaruh oleh keadaan di sekeliling, bisa berkonsentrasi dalam pelajaran?”
Bukan hanya pada anak remaja, pada orang dewasa gangguan konsentrasipun sering terjadi saat belajar , kuliah rapat ataupun seminar. Hingga sudah umum bila kita menemukan tulisan “Mohon matikan Handphone” di ruang-ruang tersebut. Bahkan di beberapa sekolah yang notabenenya adalah sekolah terpadu menerapkan aturan “Anak-anak sekolah di larang membawa HP” atau “ Pada saat jam pelajaran, hp di kumpulkan di depan kelas”
Dampak buruk hp bagi anak?
Menurut Psikolog Bibiana Dyah Sucahyani Yang perlu diingat jangan karena trend atau sekadar ikut-ikutan tanpa manfaat yang jelas. Bahkan bisa jadi membekali anak dengan handphone malah membawa dampak yang negatif, misalnya:
a. Anak menjadikan handphone sebagai symbol ‘lebih’ dari temannya.
b. Anak menjadi lebih senang ngobrol lewat handphone daripada bicara langsung
c. Menjadikan anak konsumtif, anak ikut-ikutan kuis dengan tarif premium, bahkan kecanduan untuk mendapatkan hadiah yang menggiurkan.
d. Anak menjadi tidak terkontrol ketika yang dihubungi adalah nomor-nomor layanan untuk orang dewasa
e. Bisa mengundang tindak kriminal. Karena sebagaian orang masih menganggap membawa hp adalah orang mampu, sehingga menjadi target kejahatan.
f. Penyalahgunaan kelebihan handphone, misalnya kalkulator dipakai saat mengerjaan PR matematika, dll. Selain itu juga cara untuk menyontek dan bertukar jawaban saat test atau ujian.
g. Sebagai media penyebaran porgagrafi.
Jika memang orangtua akan membekali anak dengan handphone, sebaiknya anak yang sudah bisa mengatur keuangan, tahu memprioritaskan kebutuhan serta yang bisa memanfaatkan handphone dengan benar, juga yang bisa diberi kepercayaan mengelola handphone. Perlu juga orangtua selain membekali handphone, bekal lainnya adalah perjanjian tentang misalnya untuk apa handphone tersebut dibawa, pulsa maksimal yang bisa dipakai, serta pengamanannya.
Usia anak yang dapat diberi kepercayaan seperti ini sekitar mulai kelas tiga SD misalnya. Untuk anak usia balita, sebaiknya dititipkan saja pada pengasuhnya, jika memang diperlukan.
Sekolah sebaiknya juga menyiapkan peraturan tentang penggunaan handphone di lingkungan sekolah. Misalnya kapan saja handphone harus dinonaktifkan, dimana handphone harus disimpan, serta tanggungjawab terhadap anak terhadap handphone tersebut. Sedemikian rupa, sehingga jangan sampai handphone mengganggu konsentrasi belajar anak.

"Mendesain Ramadhan Untuk anak"

“Mendesain Ramadhan untuk anak”
Oleh Abdul Qohin

Melatih Puasa sejak dini
Marhaban ya Ramadhan! Ya Syahrut Tarbiyah, Ya syahrul Magfiroh!Bagi Kaum Muslimin, pengidentifikasian nama-nama bulan Ramadhan dengan berbagai sinonimnya sebenarnya mengandung maksud. Nama-nama itu diungkapkan dengan singkat dan tepat sebagai “pengingat cepat atau penggugah” dan “keywords” tentang apa yang sebaiknya dilakukan di bulan tersebut. Selain itu, nama-nama bulan Ramadhan juga menyatakan berkah dan maghfirah yang dapat diraih pada kondisi dan suasana paling baik selama satu tahun ke belakang dan ke depan (Ramadhan tahun depan seandainya masih bisa diberi umur). Bagi para orang tua, yang telah berpuluh kali menjalani puasa tentu sudah tahu apa tujuan, makna dan manfaat puasa, tapi bagaimana dengan anak-anak kita? Sudahkah mereka mengerti dan faham arti bulan tersebut?
Dalam beberapa tahun terakhir banyak sekali peristiwa yang memilukan yang terjadi pada anak-anak kita. Ini semua tentunya mendorong kita untuk semakin memperhatikan pendidikan anak-anak kita agar mereka bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan solihah . Untuk itu kita -sebagai guru- harus manfaatkan semaksimal mungkin kesempatan emas dengan datangnya Ramadhan yang mulia ini untuk memberikan latihan-latihan ruhiyah bagi anak-anak kita baik di sekolah maupun di rumah, dengan mempersiapkan dan melatih mereka menjalankan ibadah puasa agar lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kapan anak-anak berlatih berpuasa? Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah dan fisik. Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa kemudian menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak sebuah hadits ketika seseorang bertanya kepada Rosulullah tentang : Kapan seorang anak dilatih untuk shalat? Rosulullah menjawab: Jika ia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kalau kita memperhatikan hadits di atas, tentunya kita dapat memprediksi usia anak yang bisa membedakan tangan kanan dan tangan kiri. Tentunya sekitar 2 sampai 3 tahun. Pada hadits masyhur yang lain Rosulullah saw bersabda: Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukulah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya ).
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar shalat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti puasa dan haji bila telah mampu. Mengikuti kedua hadits dan pendapat di atas,dapat dikatakan bahwa seperti halnya shalat maka puasapun sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak mereka berusia dua atau tiga tahun, yaitu ketika mereka sudah tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya..
Landasan di atas di perkuat dengan penemuan ilmiah tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika. Dalam penemuan itu menunjukkan bahwa pada saat lahir Allah iu membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bahkan bau keringat orang tuanya. Hubungnan sel-sel tersebut mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.
Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses Restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak diulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits di atas, maka benar Rosulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut sehingga ia rela menerima sanksi bila ia tidak menunaikan ibadah tersebut dengan baik.
Membangun kreativitas dan inovatif.
Kreatifitas itu dimulai dari suatu gagasan yang interaktif, maka dorongan dari luar juga diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini para orangtua banyak berperan. Dengan komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargaai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan ini anak akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya. Selain komunikasi dialogis dan mengdengar aktif, untuk memotivasi anak agar lebih kreatif, sudah seharusnya kita memberikan perhatian serius kepada aktifitas yang tengah dilakukan oleh anak kita. Seperti misalnya melakukan aktifitas bersama-sama mereka. Kalau kita biasa melakukan shoum dan shalat bersama anak-anak kita, mengapa untuk aktifitas yang lain kita tidak dapat melakukannya ? Bukanlah lebih mudah untuk mentransfer suatu kebiasaan yang sama ketimbang harus memulai suatu kebiasaan yang sama sekali baru ? Dengan demikian sesungguhnya seorang muslim memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan anak-anak mereka kreatif. Tinggallah sekarang bagaimana kita sebagai orangtua muslim senantiasa berusaha untuk memperkenalkan anak-anak kita dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif.
Mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maknanya, bukanlah pekerjaan mudah. Keberhasilan yang kita harapkan memerlukan persiapan sejak jauh hari. Meskipun Idul Fitri masih jauh karena baru mulai Ramadan, bagus juga mendorong anak-anak untuk berkreasi menyambut hari kemenangan itu. Bisa dengan membuat kartu-kartu ucapan yang indah, atau mengajak mereka mengatur rumah agar lebih terasa nyaman untuk menerima tamu-tamu.
Menurut Psikolag anak Ekorini Kuntowati, Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari rasa lapar, juga bisa menggunakan berbagai jenis permainan. Buku-buku yang berisi permainan yang bisa kita rancang sendiri banyak tersedia di toko buku. Jenis-jenis kerajinan tangan pun bukan main banyaknya. Dengan bahan kertas aneka jenis dan aneka warna, dengan kain, dengan pelepah pisang, daun, ranting hingga biji. Dengan monte, manik-manik, atau sekedar spidol dan pensil warna.
Segala sesuatu bisa digunting, dirobek, dibakar, dilem atau dibentuk menjadi sebuah hasil karya menarik. Kegiatan istimewa lainnya selain bermain juga bisa dirancang sejak dini. Misalnya memasak kue-kue ringan untuk dibawa berkunjung ke panti asuhan, atau untuk berbuka puasa di rumah, berkebun dan banyak lagi.
Sejak di jaman kehidupan Rasulullah saw, para sahabat muslimah telah merancang kreativitas bagi putra-putrinya, khusus untuk menggembirakan hati mereka agar melupakan waktu yang terasa berjalan lambat selama saum. Hal ini nampak dalam sebuah kisah, ketika Rasulullah Saw mengutus seseorang pada hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshar dan berkata, “Siapa yang pagi ini berpuasa hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya. Maka kami pun menyempurnakan puasa hari itu dan kami mengajak anak-anak kami puasa. Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari benang sutra. Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu. sampai datang waktu berbuka.” (HR Bukhari-Muslim)
Amaliah dan Reward Ramadhan
Memperbanyak amaliah bulan Ramadhan akan memberikan suasana khas keceriaan
Ramadhan yang turut membantu membangkitkan semangat berpuasa anak-anak. Mempersering
membaca al-Qur'an, shalat tarawih dan mengikuti pengajian harian, misalnya. Juga
memperbanyak sedekah, saling berkirim makanan buka puasa antar tetangga. Dan khusus di sekolah bisa di ciptakan lingkungan yang kondusif melalui berbagai aktifitas yang bisa berupa semarak ramadhan, gebyar ramadhan, pesantren ramadhan dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung itu semua. Semua itu akan membuat anak merasakan kehadiran ramadhan dengan penuh semangat.
Dan tidak kalah penting adalah Memberi hadiah atas usaha anak untuk berpuasa sehingga bisa menambah motivasi. Kepada anak berusia di atas tujuh tahun, imbalan hadiah di akhir bulan
Ramadhan akan cukup membuat mereka bersemangat. Akan tetapi bagi anak yang
lebih kecil, akan lebih efektif jika hadiah harian pun mereka terima. Hadiah harian bisa berupa barang sederhana, atau bahkan hanya berupa bintang dari kertas emas yang ditempel di dinding.
Janjikan sebuah hadiah jika bintang mereka mencapai sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh. Hadiah bulanan bisa merupakan kelanjutan dari hadiah harian, dan merupakan satu jenis kebutuhan yang sangat diharap-harapkan anak-anak. Katakan bahwa hadiah itu adalah pertanda kemenangan bagi usaha mereka mengalahkan hawa nafsu.
Waspadai saat-saat kritis
Sebelum saya akhiri, yang perlu di perhatikan oleh orang tua adalah Ada saat di mana biasanya anak begitu bergairah untuk berpuasa dan melakukan ibadah lain di bulan Ramadan. Biasanya ini terjadi di awal-awal, tetapi menjelang pertengahan bulan, anak mungkin sudah merasa lelah, sehingga enggan berpuasa. Orang tua harus mengantisipasi saat-saat kritis ini justru dengan memberikan kegiatan dan kreativitas yang paling menarik bagi anak.
Dan tidak kalah penting adalah -Menurut Ekorini Kuntowati - Berhati-hati pula dengan saat-saat usai Ashar setiap harinya. Di sore hari seperti ini anak mungkin merasa sangat lapar, lelah, dan jemu menunggu. Di saat-saat ini mereka sangat membutuhkan perhatian dan dorongan dari ayah dan ibunya. Jangan hanya sibuk menyiapkan buka puasa sehingga menelantarkan mereka. Justru di saat-saat inilah orang tua perlu mengajak anak untuk melakukan berbagai jenis kegiatan yang tidak membutuhkan bayak kekuatan fisik.