Jumat, 25 September 2009

peran pemuda

“Eksistensi dan Revitalisi Kiprah Pemuda”

"Pendidikan dan gerakan pemuda"

Perjalanan waktu selalu memberikan kesaksian dan merekam semua tentang sejarah perjalanan bangsa. Perjalanan waktu pula yang menceritakan kepada kita upaya-upaya perjuangan dan praktik kepahlawanan di sebuah negara. Sebagaimana yang pernah terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun silam. Sejarah mencatat 28 Oktober 1928 menjadi saksi sejarah tentang sosok pemuda-pemuda visioner merumuskan tentang pentingnya persatuan untuk melawan penjajahan di tanah air. Mereka dengan gagah berani mengumandangkan ikrar persatuan di bawah bayang-bayang tekanan pemerintah penjajah saat itu. Sebuah momentum kebangsaan yang menjadi saksi sejarah betapa anak-anak muda bangsa pada saat itu memiliki cinta dan kerinduan yang mendalam akan kejayaan bumi pertiwi. Sejarah bangsa ini selalu diwarnai oleh pemuda sebagai komponen utama. Pemuda memiliki semangat tinggi untuk melakukan perubahan. Energi positif itu terpancar ketika mereka melihat suatu kejanggalan pada bumi pertiwi.
Pemuda adalah generasi yang paling menentukan. Dalam Al Qur’an Allah swt. selalu menegaskan pentingnya masa muda. Ashhabul kahfi digambarkan oleh Allah bahwa mereka adalah sekelompok anak muda. Allah berfirman: “Innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaa. Mereka adalah anak muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka.”Dari ayat ini nampak bahwa masalah kepemudaan oleh Allah sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat.
Dalam sejarahnya gerakan-gerakan pemuda adalah muncul dari kelompok pemuda yang terdidik. Selain itu pembangunan pendidikan bangsa di masa-masa perjuangan juga tidak terlepas dari peranan gerakan pemuda.Saat ini kita melihat permasalahan pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.Berbicara masalah pendidikan dan pemuda. Maka pemuda saat ini yang rata-rata masih mempunyai idealisme yang tinggi maka hendaknya pemuda harus tetap berfikir kritis dalam melihat kondisi pendidikan di Indonesia. Pemikiran yang kritis dapat dilakukan dengan memberikan peringatan dan masukan pada pemerintah agar mampu memberkan layanan pendidikan yang sesuai dan bermutu. Namun, Sikap kritis saja tidaklah cukup. Dibutuhkan gerakan yang lebih konkret oleh pemuda untuk dapat memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan. Pemikiran yang konkret tersebut dapat berupa menggerakkan pemuda untuk bisa secara langsung memberikan layanan pendidikan gratis bagi anak-anak yang kurang beruntung. Layanan social ini sangat berarti bagi masyarakat dan lebih solutif. Peranan lain adalah dengan melakukan terobosan-terobosan baru dalam memberikan bentuk layanan pendidikan tersebut. Karena tentunya para pemuda pejuang pendidikan pasti akan mengahadapi banyak masalah dan keterbatasan. Oleh karena itu untuk bisa memberikan layanan pendidikan pada masyarakat yang kurang beruntung tersebut dibutuhkan terobosan dan kreatifitas sehingga banyak alternative pilihan dalam layanan pendidikan
Lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kini kita kenang selalu, adalah bukti kongkrit pentingnya masa muda sebagai titik tolak idealisme menuju pembaharuan hidup yang lebih baik. Baik secara individu, sosial, politik dan negara. Karena itu, setiap kita berbicara perbaikan sebuah negara, mulailah pertama kali dari perbaikan genarasi mudanya. Jangan bermimpi memperbaiki negara, bila pemudanya hancur secara spiritual, hidup dalam gelimang dosa dan kebobrokan moral. Generasi muda hari ini adalah cerminan masa depan sebuah negara.
Revitalisasi Peran Pemuda
Kiprah pemuda telah terukir indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu kehidupan. Mereka di harapkan menjadi tumpuan bangsa selain diharapkan oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sangat strtegis dan menjadi peluang baginya untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda. Kita bias lihat Sebagian sahabat yang menyertai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam, yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga belahan bumi pada jaman dahulu adalah para pemuda yang menjadi murid Rasulullah SAW. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda sekarang ini. Lihat pula Imam Bukhari dan Iman Muslim mampu mengumpulkan hadits-hadits Nabi saw. dan menyeleksinya secara ketat sehingga menjadi karya monumental yang tidak saja menyelamatkan umat tetapi lebih dari itu menyelamatkan agama.
Jika mengkaji secara cermat sejarah para Nabi dan para pemimpin dunia masa lalu, maka hampir dipastikan kejayaan dan kemenangan mereka senantiasa terjadi dengan dukungan para pemuda. Dengan segala kemudaannya berada dalam puncak kekuatan manusia dalam berbagai aspek potensinya, yang pertama memiliki Potensi Spiritual, dimana ketika pemuda itu meyakini sesuatu, seorang pemuda akan memberi sesuatu apapun yang dia miliki dan dia sanggupi secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apa pun.

Kedua, memiliki Potensi Intelektual yang memang posisinya berada dalam puncak kekuatan intelektualnya. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis Intelektual karena didukung pisau analisis yang tajam. Ketiga, memiliki Potensi Emosional dengan keberanian dan semangat yang senantiasa bertalu-talu dalam dada berjumpa dengan jiwa muda sang pemuda . Kemauan yang keras dan senantiasa menggelora dalam dirinya mampu menular kedalam jiwa bangsanya, yang memang bahwa nadi dari sebuah negeri adalah berada pada pemudanya. Keempat, memiliki Potensi Fisikal yang secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan diantara dua kelemahan yaitu kelemahan ketika bayi dan kelemahan ketika tua atau pikun. Dan pemuda berlepas diri dari dua kelemahan tersebut.

Keempat potensi tersebut merupakan potensi yang layak untuk direvitalisasi kondisinya. Potensi-potensi tersebut semakin langka untuk dijumpai dan semakin kecil saja ruang-ruang dalam pengokohannya. Karena suatu keniscayaan bahwa optimalisasi keempat potensi tersebut didalam diri setiap pemuda akan membawa reformasi nyata untuk negerinya. Dan perpaduan diantaranya sedang berada dalam puncak kekuatannya menjadikan para pemuda dan gerakan yang dibangunnya senantiasa diperhitungkan dalam keputusan-keputusan besar sebuah bangsa.

Sudah merupakan suatu keniscayaan akan peran-peran dan kebermanfaatan pemuda terus direvitalisasi dan kembali disadari setiap saat. Bosan, jenuh dan malas merupakan penyakit paling berbahaya bagi seorang pemuda. Penyakit itu akan berefek besar bagi keberlangsungan akademik dan cita-citanya. Tidak sedikit para pemuda yang tidak bisa menjawab dengan tegas ketika ada pertanyaan yaitu Mau jadi buruh atau pemimpinkah? Mereka membisu tidak ada kalimat yang yakin untuk dijadikan jawaban. Karena ada sesuatu yang hilang dari peran dan fungsi para pewaris negeri ini secara mayoritas, yaitu peran Intelektual Akademisi yang contentnya memiliki cita-cita jelas yang didasari oleh keyakinan mereka untuk bersungguh-sungguh dan serakah untuk menguasai keilmuannya.

Berikutnya peran penting selain peran intelektual adalah ia juga menjadi gelar kehormatan tersendiri bagi pemuda yaitu sebagai agent of change (agen perubah), bahkan dipercaya sebagai director of change (pengatur perubahan). Karena setiap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mereka sering menjadi pemicu dan pemacu serta inisiator strategis dalam bentuk teoritis maupun praktis.

Fungsi dan peran reformis berikutnya adalah sebagai iron stock (cadangan masa depan) yang dimana pemuda merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Mereka adalah kuncup yang perlu dipelihara supaya tumbuh berkualitas dan berkembang menjadi bunga-bunga bangsa.

Sebuah Renungan : “Bangkit, Melawan Malas”
Barangkali, kita bisa renungkan satu survei yang baru-baru ini dilakukan oleh harian Media Indonesia bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dari sekitar 480 responden pemuda yang tersebar di enam kota besar, Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makasar, menyebut bahwa orang Indonesia cenderung malas bekerja. Jumlah yang meyakini orang Indonesia sebagai golongan pemalas mencapai 58,3 persen. Sedangkan yang menyebut orang Indonesia rajin hanya 33,8 persen, dan sisanya mengaku tidak tahu. Jika benar hitungan ini, sungguh merupakan hal yang sangat merugikan kita sebagai bangsa yang besar, subur, dan kaya raya ini.


Sikap malas merupakan salah satu bentuk kemiskinan mental yang akan membuat kita terpuruk dalam jurang ketakberdayaan. Sebaliknya, sikap rajin akan mempercepat langkah untuk segera bangkit dari keterpurukan. Dan ini dibuktikan oleh beberapa negara yang sudah bangkit dari krisis seperti Korea Selatan. Di negeri ginseng itu budaya kerjanya sudah sangat cepat, teratur, disiplin, dan jauh dari kesan pemalas.

Memang, meski hasil survei tersebut tak bisa dikatakan mewakili hal sesungguhnya, tapi setidaknya angka-angka itu menjadi cerminan diri kita sebagai bangsa. Dan, seharusnya pula hal itu bisa kita jadikan sarana evaluasi bersama. Sudahkah kita, sebagai pribadi, punya sikap kaya mental? Sudahkah kita sebagai pemuda harapan bangsa, tak lagi memiliki sikap suka menunda-nunda? Sebab, hanya dengan memulai dari diri sendirilah kita akan mampu bangkit.