Rabu, 23 April 2008

Lemari Hidup

”Lemari Kehidupan”
“Hidup ini untuk masa depan,bukan untuk masa lalu
Meskipun masa depan tinggal tiga hari
Tetapi lebih berharga dari pada masa lalu yang tiga puluh tahun”
Hidup memang penuh dengan kenangan, baik kenangan indah nan manis, pun dengan kenangan yang pahit dan menyesakkan dada. Suatu saat akan menjadi sejarah. Kenangan memang bagian sejarah hidup kita. Orang kadang susah melupakan semua kenangan yang dilalui. Saya yakin bahwa kita pun akan sangat sukar melupakan kenangan, karena itu merupakan bagian dari sejarah hidup kita. Tapi kita pun harus realistis menatap hidup karena bagaimanapun hidup akan terus berlanjut. Kita pun tidak boleh terbuai oleh aroma sejarah hidup kita yang mengharukan maupun yang menyesakkan dada. Cukup kita jadikan referensi kita untuk melangkah menatap jalan yang terbentang panjang nan maha luas untuk kita taklukkan. Ya, misteri hidup yang eksotis-lah yang harus kita singkap, karena kita tak kan pernah tahu apa yang terjadi esok dan dengan siapa kita kan hidup .Yang jelas inilah misteri hidup yang harus kita taklukkan.
Cobalah sesekali kita luangkan waktu untuk menata lemari pakaian kita atau kamar kitalah. Lalu bertanyalah,”apa semua pakaian ini masih layak pakai atau tidak?” atau pun “apakah semua barang-barang yang ada di kamar masih layak pakai atau tidak?”. Sampai kini saya masih dan selalu kesulitan menata atau hanya sekedar beres-beres. Selalu saja ada alasan-alasan untuk menunda, membongkar, membuang pakaian usang, membuang barang yang sudah tak layak pakai kemudian menata ulang agar lebih rapi. Padahal, saya tahu ada banyak barang rongsokan disana. Jangankan dipakai, dilihat pun rasanya tak sedap.
“Sayang ah…..Baju ini pernah ikut menaklukkan dan menghantarkan saya ke Merbabu dan lawu”! “Sayang ah……barang-barang ini penuh kenangan hidup dan amat sayang bila saya buang begitu saja!” Begitu gumamku saat melihat baju dan bunga Edelwis serta barang-barang lainnya yang masih berserakan di kamar. ”Ini adalah spesial” ketika melihat jam beker yang sudah bodol. Jam ini dibelikan oleh seorang temen tiga tahun lalu sebagai oleh-oleh waktu beliau liburan ke Bandung. Yang menggelikan lagi, jam beker ini pernah saya Banting waktu pertemananku berantakan…..”hahaha…………!Lucu memang kalau ku ingat semua memori dulu.
Ya, itu baru soal baju dan barang-barang yang penuh kenangan. Bagaimana jika menyangkut orang-orang tercinta? Perkara besar dalam hidup kita? Saya pun teringat Juergen Klinsmen, bagaimana dia menjawab semua Tanya rakyat Jerman waktu di tunjuk mengarsiteki Tim Panser. Ketika dia dipaksa untuk membongkar lemari hidupnya untuk mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Di lemari itu terpajang perjuangannya meyakinkkan seluruh rakyat Jerman tentang perlunya Revolusi Tim Panser. Belajar pula kenangan dua tahun sendirian menghadapi semua makian, cercaan, kritik, pelecehan bahkan kala itu Parlemen Jerman hendak mengadilinya didepan forum rakyat atas prinsip dan kerja kerasnya.
Al hasil, keadaan berbalik 180 derajat mana kala Klinse-sebutan untuk Klinsmen- mampu merevolusi Tim Panser melaju dan menjadi juara ketiga di turnamen paling bergengsi di seantereo jagad ini. Mesti hanya mengantarkan Jerman dudk diperingkat tiga, tim besutannya sudah dianggap telah memenangi kampium supremasi tertinggi sepak bola. Di lemari itu tersimpan harapan 93 % rakyat Jerman, permohonan tertinggi dari petinggi sepak bola dan tokoh politik Jerman yang memintanya untuk bertahan. Apa jawaban Klinsmen, meski dengan raut wajah berat menahan tumpuan air mata “Dua tahun melatih dengan sambutan yang sangat luar biasa sebulan terakhir ini membuat saya kehabisan tenaga. Saya seperti terbakar. Saya merasa tak mampu lagi meneruskan pekerjaan ini. Saya memutuskan untuk mengundurkan diri untuk menjdi orang biasa bersama keluarga saya”.Ya, akhirnya dia berani membuang semua barang usang. Mengambil, mengepak, melepas semua kelekatan yang memabukkan itu. Dia pun tak segan membuang hal indah yang ada dalam genggamannya, melupakan masa-masa pahit dalam proses menuju itu untuk membuat langkah baru. Panggilan hidup yang dianggap harus dilakukan, tanpa terbebani masa lalu, hari ini, dan hari esok.
Kita juga bisa mengaca dari lemari kehidupan “The Founding Father” Bung Hatta. Bagaimana beliau memilih meninggalkan segala kemewahan dan kemenangan yang sudah di dalam genggamannya untuk menjadi orang biasa. Terlepas persoalan politik yang sedang ia hadapi. Dengan gagah dan lantang beliau akhirnya mengundurkan diri dari kursi wakil Presiden didepan Soekarno. Ini adalah pilihan dalam hidup ketika pintu islah tidak dapat menyatukan lagi “Dwi Tunggal”. Dengan berat hati rakyat pun tak mampu menahan keinginannya untuk mundur.Toh dengan ketegarannya akhirnya beliau berani mengepak, mengambil dan melepaskan segala hal indah yang sudah ada ditangannya. Inilah jalan hidup.
Mengambil hal berharga dari lemari kehidupan Jurgen Klinsmen dan Bung Hatta rasanya tak ada yang harus disesali bila saya harus mengambil, mengepaki, melepaskan dan membuang semua masa lalu yang memabukkan itu untuk melangkah menatap hidup dan membuka lembaran baru. Hanya, saya (kadang) merasa lebih nyaman bila semua itu tetap ada dalam lemari hidup saya. Saya kerap lebih nyaman dengan ilusi bahwa segala sesuatu tetap ada menjadi milik kita. Saya sebenarnya sadar bahwa anggapan itu hanyalah usaha menipu diri sendiri.
Padahal sesungguhnya, semua itu toh hanya memori yang tak terlalu penting untuk diingat. Kenangan yang cukup hanya diingat dalam memori lemari hidup. Malah, Kadang justru hanya menghambat dalam mengambil pilihan-pilihan baru dalam hidup. Saya sebenarnya sadar akan semua itu. Tapi, selalu saja kita tergoda untuk memenuhi dan menjejali lemari kehidupan kita dengan hal-hal yang tak perlu. Akhirnya saya dan kita harus sadar diri dan sesadar-sadarnya bahwa itu semua merupakan ilusi dan fatamorgana hidup sesaat yang kadang hanya akan menipu diri kita saja. Cukup kita tutup dan kita kunci lemari itu, biarlah menjadi bagian sejarah hidup. Lemari kehidupan kita harus kita isi dengan lembaran baru yang lebih bermakna. Banyak ruang lemari hati kita yang kosong dan harus kita isi. Walau mungkin satu ruang telah terisi dengan memori buram dalam kelamnya masa lalu hidup. Tapi bukankah ruang lain mungkin lebih indah? Suatu saat kita akan buktikan! Seorang kstria sejati harus berani membuang masa lalu, masa lalu hanya untuk dikenang saja sewaktu kita butuh itu. Sosok ksatria sejati harus berani membuat dan mengambil pilihan-pilihan independent dalam hidup tanpa harus dipaksa dan terpaksa. Bukankah itu lebih terhormat ! (kata seorang kawan). Jangan sampai masa lalumu yang buram itu membunuh masa depanmu . Ayolah kawan tersenyumlah karena masa depanmu masih panjang dan indah! (gumamnya seraya senyum

Tidak ada komentar: