Selasa, 08 Februari 2011

Belajar Dari Pak Budi dalam Menembus Batas

SD Al Irsyad 02 bersama komite sekolah kembali menggelar acara Smart Parent Seminar dengan tema “Membentuk anak berakhlak dan berprestasi” pada tanggal 23 Januari 2011. Kegiatan yang di hadiri sekitar 500 peserta ini sekaligus sosialisasi program sekolah yaitu Program Pendidikan Akhlak (PPA). Seminar ini agak berbeda dengan seminar yang lain karena menghadirkan tokoh yang bukan dari kalangan akademsi. Seorang tokoh Inspirasional dalam buku menembus batas. Dialah Budi Setiadi, seorang pekerja pasar yang mampu menyekolahkan anak-anknya hingga ke luar negeri. Selain itu juga menghadirkan psikolog yang sudah tidak asing lagi yaitu ibu Ratih winanti SPi, psikolog RSUD Banyumas.

Mendidik dengan keteladanan
Seminar ini memberikan dasar bagi para orang tua, bagaimana sebenarnya membangun karakter mental positif, mental sukses dan mental juara dalam diri anak-anak di rumah dan di sekolah. Tentu kita di ingatkan oleh Adil Fathi Abdullah dalam buku“Kaifa Tushbihu Aban Naajihan (Menjadi Ayah yang Sukses)” menekankan bahwa faktor keteladanan ayah sangat berpengaruh pada pendidikan anak, karena pada tahap awal anak belajar dengan cara meniru. Ayahlah yang pertama menjadi teladan untuk urusan akidah, ibadah, akhlak, muammalah, dan segala hal yang ingin diajarkan pada anaknya. Keteladanan sangat membantu dalam pembentukan karakter, dan bisa jadi sangat menghemat tenaga. Tak perlu banyak cakap, anak adalah peniru yang hebat. “Pengaruh perbuatan satu orang terhadap seribu orang lebih besar daripada pengaruh ucapan seribu orang kepada satu orang,” tulis Abdullah menggambarkan kekuatan keteladanan.
Dalam Pandangan Abdurrahman Annablawi dalam bukunya “Pendidikan Islam dirumah,sekolah dan dimasyarakat” beliau memberi contoh Kehidupan Rosululloh SAW sebagai ayah, kebaikannya dalam berinteraksi dengan dengan anak kecil,para sahabat dan tetangganya merupakan keteladanan yang sudah sepatutnya ditiru. Dalam kondisi apapun, Beliau senantiasa teguh dan tidak kehilangan semangat karena beliau meyakini bahwa Alloh senantiasa menjadi sumber kekuatan sehingga beliau tetap memperoleh kesabaran.
Inilah yang barang kali mengilhami budi setiadi dalam mendidik putraputrinya. Dikisahkan dengan sederhana dan suasana yang mencair saat pak budi bercerita tentang perjuangannya mendidik putra putrinya hingga bisa sampai di bangku kuliah. Bayangkan, dengan penghasilan minor seperti itu, pak Budi dapat menyekolahkan ketiga anaknya di fakultas teknik UGM dan ITB, bahkan putri pertamanya mendapat beasiswa S2 di Jerman. Apa yang disampaikan pak budi ini memberikan fakta empiris tentang cara yang dilakukan pak Budi dalam mendidik keenam anak-anaknya.
Sungguh kisah pak budi menohok tajam pola pikir konvensional, di mana alasan ekonomi selalu menjadi alasan orang miskin untuk tidak bersekolah dan juga menohok prilaku orang mampu yang merasa cukup dengan memberikan fasilitas serta sekolah mahal tanpa peduli bhawa anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Tanpa keteladanan ajakan dan ajaran kita akan kehilangan otoritas sehingga kita di cemooh anak kita dan dianggap munafik. Tanpa keteladanan anak akan kecewa,kehilangan figur atau melakukan yang bukan kita ajarkan, tetapi apa yang kita lakukan sebab anak adalah peniru ulung. Itulah yang diajarkan budi setiadi kepada anak-anaknya

Kisah Sukses
Ditanya mengenai kisah sukses bagaimana pak budi mendidik putra-putrinya. Pak budi pun menjawab dengan santai. Pada dasarnya anak mempunyai bekal kecerdasan yang berbeda, oleh karena itu orang tua harus memutar otak untuk menemukan tipe dan gaya belajar anak agar bisa mendampingi putra-putrinya belajar. Ia mengakui tiap anak mepunyai karakter yang berbeda-beda, kendati satu keluarga. Dengan demikian, kemampuan anakpun akan berbeda-beda pula. Pada anak usia dini, ia menyarankan agar anak diberi kebebasan untuk bermain, sesuai keinginannnya.
Selain itu Pak budi memberi keleluasaan pada anaknya untuk bermain selama fase bermain. Menurutnya, dengan bermain anak sedang mempelajari hal-hal yang ada di sekitarnya. Aktivitas ini akan mengembangkan kemampuan otaknya untuk menganalisis suatu hal. Supaya kecerdasan anak berkembang optimal, orang tua harus mengembangkan interaksi yang dilandasi rasa kasih sayang kepada anak-anaknya.
Tak kalah pentingnya Pak Budi tidak pernah membatasi cita-cita anaknya. Buktinya seperti yang dia lakukan terhadap Sholihah dan Walidah. Mereka diberi kebebasan untuk menentukan pilihan hidup walaupun sebenarnya sudah mendapat tiket untuk belajar ilmu kedokteran.
Dalam Pandangannya ibu Ratih winanti lebih mengamini pendapat pak budi. Ia menekankan agar anak pada usia dini lebih diberi keleluasaan untuk bermain. Untuk memberikan pendidikan kepada anak, ia lebih menekankan pada pemberian motivasi dan ketauladanan. Selaku orang tua hendaknya memberikan contoh baik kepada anak. Dengan demikian, anaknya akan mencontoh perilaku orang tuanya.
Selama ini kita yakin bahwa pendidikan menjadi jembatan emas melakukan mobilitas sosial. Perjuangan Pak Budi dan keluarga merupakan bukti nyata yang terpampang di depan mata. Di tengah semakin mahalnya biaya untuk mengakses pendidikan berkualitas, kita disadarkan untuk menjadi guru utama bagi buah hati harapan kita. Menyinggung keterbatasan biaya, ia yakin selama kita berserah diri, ada jalan keluarnya. Apalagi sekarang banyak beasiswa yang diberikan kepada masyarakat. Dalam pandangannya, ia mengajak agar masyarakat kurang mampu termotivasi bisa menembus batas kemampuannya.
Pak Budi telah berbagi semangat. Ia telah memberikan sebuah kisah kegigihan hidup dan arti penting pengorbanan, meskipun dalam usahanya tak sedikit aral melintang dan badai yang menghambat laju perjalanannya.

Tidak ada komentar: